Senin, 28 Maret 2011
sebuah pilihan
jalan hidup yang ku pilih sesungguhnya bukan pilihan ku. melainkan pilihan orang tua ku. puncaknya ketika aku beranjak dewasa. sedari dulu aku sudah cukup bersabar dan menerima jalan hidupku aapa adanya. tapi saat ini aku sudah beranjak dewasa. aku sudah bisa memilih jalan hidupku sendiri. tapi mengapa orang tua ku masih ikut campur. sampai-sampai ketika aku mau mengambil jurusan saat masuk universitas orang tua ku masih ikut campur tangan. ketika itu aku ingin mengambil jurusan sastra jepang. ayah aku menentang habis-habisan. di karenakan hanya bertemu dengan seseorang kenek bus, tanpa sengaja ayah mengajak ngombrol kenek bus tersebut. beberapa pertanyaan ayah tanyakan, termasuk soal pendidikan terakhirnya. sang kenek pun menjawab bahwa ia lulusan sastra jepang di sebuah universitas negeri di daerah bandung. ia (kenek bus) memilih merantau ke jakarta untuk mengaduh nasib, berharap hidupnya bakal lebih baik. tapi apa daya nasib berkata lain. perkerjaannya di jakarta hanya menjadi seorang kenek bus. ia berusaha menerimanya dengan lapang dada, dan terus berharab suatu hari nanti kehidupannya akan lebih baik dari sekarang ini. hanya dengan jawaban dari seorang kenek bis, ayah langsung mendeskripsikan bahwa orang yang menggambil sastra jepang, masa depannya suram. aku berusaha tegar menerima bahwa ayah menentang pilihanku. berharap suatu hari nanti hati ayah bisa luluh. tapi nyata nya hanya hati ibu yang luluh. akhirnya aku bertekat untuk mendaftar di sebuah universitas negri di jakarta dengan modal restu dari ibu. saat kebahagiaan itu datang karena aku di terima. ayah menghancurkannya. ayah menentang abis-abisan jika aku mengambil jurusan itu dan menyuruhku untuk melepasnya. ibu tidak bisa berbuat banyak ketika itu. karena semua keputusan dari ayah tidak ada yang berani menentangnya. akhirnya aku menuruti keputusan ayah. dengan menggambil jurusan psikologi di sebuah universitas swasta. dengan perasaan sedih aku berusaha tegar. karena sesungguhnya aku tau, aku hanya di jadikkan alat untuk menyembuhkan adik laki-laki ku. yang menyandang hiperaktif dan autis ringan. saat pertama kali nya aku menginjak di bangku kuliah kenapa yang aku rasakan hanya kesedihan. selama satu tahun pertama aku menjalani hari-hari di kampus dengan setengah hati. dan berimbas ke nilai-nilai ku yang hanaya pas-pasan. ibu pun mengerti dengan keadaan ku sekarang. tapi ayah hanya bisa bermarah-marah dan tak mau menyadari bahwa semua ini akibat pilihannya. ketika setahun setengah aku menjalaninya, aku berusaha untuk lebih mencintai jurusan ini. dengan menanamkan di dalam diriku, bahwa aku memilih jalan ini karena satu hal yang positif. yaitu untuk mengobati adik lelaki ku.dan allhamdullilah nilai ku mengalami kenaikan walaupun tidak signifikan, tetapi aku akan terus berusaha untuk menaikan nilai-nilaiku. akhirnya hingga saat ini aku dapat menjalani hari-hari ku dengan sepenuh hati. ini berkat adik dan ibu yang selalu mensport ku
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar